Senin, 25 April 2016

Hikmah Dari Keluarga Imran

Imran adalah ayah dari Siti Maryam dan kakek dari Nabi Isa. Namanya diabadikan sebagai salah satu nama surat dalam Al-Qur'an. Pemilihan nama surat tersebut tentunya mengandung makna bahwa ada banyak teladan yang harus kita ikuti dari keluarga ini. Berikut kutipan kisah keluarga Imran yang ada dalam al-Qur'an.

Sesungguhnya Allah telah memilih Adam, Nuh, keluarga Ibrahim dan keluarga Imran melebihi segala umat (di masa mereka masing-masing), (sebagai) satu keturunan yang sebagiannya (keturunan) dari yang lain. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (QS Ali Imran, 3:33-34)

(Ingatlah), ketika isteri 'Imran berkata: "Ya Tuhanku, Sesungguhnya aku menazarkan kepada Engkau anak yang dalam kandunganku menjadi hamba yang saleh dan berkhidmat (di Baitul Maqdis). karena itu terimalah (nazar) itu dari padaku. Sesungguhnya Engkaulah yang Maha mendengar lagi Maha Mengetahui". Maka tatkala isteri 'Imran melahirkan anaknya, diapun berkata: "Ya Tuhanku, sesunguhnya aku melahirkannya seorang anak perempuan; dan Allah lebih mengetahui apa yang dilahirkannya itu; dan anak laki-laki tidaklah seperti anak perempuan. Sesungguhnya aku telah menamai Dia Maryam dan aku mohon perlindungan untuknya serta anak-anak keturunannya kepada (pemeliharaan) Engkau daripada syaitan yang terkutuk." (QS Ali Imran, 3:35-36)

Berikut penjelasan ayat ini dalam Tafsier Ibnu Katsir

Istri Imran itu ialah Hannah binti Faqudz. Muhammad bin Ishaq berkata: Ia itu adalah wanita yang tidak bisa hamil, pada suatu hari dia melihat seekor burung sedang memberi makan anaknya dengan paruhnya. Maka dia pun sangat ingin mempunyai seorang anak, kemudian ia berdo’a kepada Allah SWT agar memberinya anak. Allah pun mengijabah do’anya. Setelah suaminya menggaulinya dia pun hamil. –Tafsier Ibnu Katsier Juz 2, hal. 33-

Ada beberapa hikmah yang dapat dijadikan pelajaran dari Kisah Keluarga Imran ini, di antaranya:

1. Tak ada yang tak mungkin bagi Allah SWT

Allah berfirman: "Demikianlah Allah menciptakan apa yang dikehendaki-Nya. Apabila Allah berkehendak menetapkan sesuatu, maka Allah hanya cukup berkata kepadanya: "Jadilah", lalu jadilah dia. (QS Ali Imran, 3:47)

2. Memiliki anak harus diorientasikan agar dia menjadi Hamba Allah

(Ingatlah), ketika isteri 'Imran berkata: "Ya Tuhanku, Sesungguhnya aku menazarkan kepada Engkau anak yang dalam kandunganku menjadi muharraran -hamba yang saleh dan berkhidmat (di Baitul Maqdis)-. karena itu terimalah (nazar) itu dari padaku. Sesungguhnya Engkaulah yang Maha mendengar lagi Maha Mengetahui".  (QS Ali Imran, 3:35)

“Muharraran” yaitu melepaskan diri dan mengikhlashkan diri hanya karena Allah swt, mengurus, melayani dan mewakafkan diri di tempat ibadah, semata-mata untuk beribadah kepada Allah SWT –Tafsier al-Qurtubi Juz 4 hal,66-

"Dan ingatlah ketika Luqman berkata kepada anaknya, ketika dia memberi nasehat kepadanya, Wahai anakku janganlah kamu menyekutukan Allah, sesungguhnya menyekutukan Allah adalah kedzaliman yang besar". (QS Luqman[31]:13).

3. Nazar adalah janji yang wajib dipenuhi

Maka Tuhannya menerimanya (sebagai nazar) dengan penerimaan yang baik, dan mendidiknya dengan pendidikan yang baik.  (QS Ali Imran, 3:37)

4. Kedudukan laki-laki dan wanita di mata Allah sama

Barangsiapa yang mengerjakan amal-amal saleh, baik laki-laki maupun wanita sedang ia orang yang beriman, Maka mereka itu masuk ke dalam surga dan mereka tidak dianiaya walau sedikitpun. (QS An-Nisaa ayat 124)

5. Selalu mendo’akan anak agar terhindar dari godaan syetan

Dari Abu Hurairah ra, ia berkata: Rasulullah SAW telah bersabda, “Setiap anak diusap oleh Syetan saat mereka dilahirkan, kemudian mereka berteriak menangis karena usapan tersebut kecuali Maryam dan putranya”. Kemudian Abu Hurairah ra berkata, Bacalah jika kalian mau (saat anak kalian dilahirkan) “dan sesungguhnya aku mohon perlindungan untuknya serta anak-anak keturunannya kepada (pemeliharaan) Engkau daripada syaitan yang terkutuk”. (Bukhari-Muslim).

#ODOPfor99days
#day72


Tidak ada komentar:

Posting Komentar