Rabu, 30 Maret 2016

Romantika Dakwah di LAPAS

Membuka beberapa catatan lama, tidak sengaja saya menemukan sedikit tulisan tentang pengalaman berdakwah di Lembaga Pemasyarakatan (LAPAS). Kegiatan ini dulu saya lakukan sekitar 2 tahun, sejak 2009 hingga 2011. Saat itu saya memegang amanah sebagai Ketua Pemudi Persis tingkat Kota Bandung. Kegiatan ini diselenggarakan di Lapas Wanita milik Pemerintah Provinsi Jawa Barat yang terletak di Arcamanik. Berikut isi catatan tersebut.


Pembinaan keagamaan di lapas berada di bawah Kepala Seksi Sub Bimbingan Kemasyarakatan dan Perawatan (Kasi Sub Kemaswat) yang bertanggungjawab kepada Kepala Seksi Pembinaan Narapidana dan Anak Didik (Kasi Binadik). Di Lapas Wanita Bandung -di mana kami beraktifitas- pembinaan keagamaan lebih banyak diwarnai oleh pihak luar Lapas. Pembinaan dari Lapas sendiri tidak terpola dengan baik. Hal ini terlihat dari jenis kegiatannya. Pembinaan keagamaan yang diselenggarakan oleh Lapas hanya dzikir dan do'a bersama serta kultum dari Pembina. Pembinaan keagamaan lainnya diselenggarakan oleh pihak-pihak di luar Lapas salah satunya kami dari Pemudi Persis.
Namun, menurut pengakuan dari sebagian besar WB metode yang digunakan dalam pembinaan keagamaan biasanya hanya ceramah. Sehingga terkesan kaku dan monoton, serta tidak adanya evaluasi yang terpola untuk mengetahui sejauh mana tingkat penerimaan serta penyerapan WB terhadap materi yang diberikan. Bagi mereka pola pembinaan seperti itu membosankan dan tidak sesuai dengan apa yang mereka butuhkan.
Adapun pembinaan yang kami lakukan adalah pembinaan baca tulis Qur'an dengan menggunakan metode IQRA'. Namun akhirnya berkembang karena banyaknya permintaan dari WB. Kami juga memberikan materi tauhid, ibadah, akhlaq, bahkan materi metode tabligh. Kami menggunakan metode tutor/mentoring, dimana WB dibagi dalam beberapa kelompok sesuai dengan tingkat kemampuan bacaan al-Qur'an serta pemahaman terhadap Al-Islam. Tiap kelompok rata-rata terdiri atas 20-30 orang  dan didampingi oleh dua orang mentor.
Kesulitan utama yang kami hadapi adalah heterogenitas WB yang cukup kompleks, mulai dari latar belakang masalah, latar belakang social-ekonomi, latar belakang pendidikan, serta latar belakang keagamaan mereka. Jumlah WB yang ada di Lapas ini saat kami masuk Januari 2009 sekitar 100 orang, dan terus bertambah hampir setiap hari hingga sekarang mencapai 200 orang. Meski banyak pula yang sudah keluar, tapi yang masuk lebih banyak dari yang keluar. Hal ini juga dikarenakan Lapas ini adalah Lapas baru yang diperuntukkan bagi Napi Wanita se-Jawa Barat. Oleh karena itu, mereka datang dari berbagai daerah.
Kasus yang menyebabkan mereka ada di Lapas ini adalah kasus pidana dan perdata. Kasus pidana sebagian besar adalah narkoba, baik sebagai pengedar, pemakai, atau keduanya. Selain itu ada pula kasus pencurian, pembunuhan, korupsi, penggelapan, trafficking, dan lainnya. Selain berbeda kasusnya berbeda pula tingkat kejahatannya, ada yang memang profesi, ikut-ikutan, hanya terlibat bahkan ada pula yang tidak tahu bahwa apa yang dilakukannya salah di mata hukum.
Tingkat sosial ekonomi juga beragam, mulai dari sekedar buruh cuci pakaian, sampai pejabat serta kalangan ekonomi atas. Yang menarik banyak di antara mereka yang sudah naik haji, dan tanpa malu-malu menginginkan supaya gelar "Hajjah" tidak dihilangkan di depan nama mereka karena terkait dengan status sosial.
Keberagaman juga terlihat pada latar belakang keagamaan mereka. Karena ternyata tidak sedikit di antara mereka yang sudah memiliki pemahaman dan pengetahuan yang baik tentang agama, berlatar belakang pendidikan pesantren, atau yang berasal dari keluarga beragama. Sebaliknya banyak pula di antara mereka yang awam dan buta terhadap agama, tidak mampu sama sekali membaca al-Qur'an dan tidak bisa melakukan shalat. Mereka yang awam terhadap agama, bukan hanya orang yang berpendidikan rendah, namun ada pula yang sudah mengenyam S2 tapi tidak tahu huruf hijaiyyah.
Kompleksitas tersebut memunculkan keragaman kebutuhan yang harus dipenuhi. Sehingga seringkali menyulitkan kami dalam menentukan materi. Kehausan mereka akan ilmu agama rata-rata cukup tinggi. Mereka hidup di dalam Lapas tanpa mengetahui dunia di luar mereka, untuk kebutuhan dasar seperti makan dan istirahat sudah tersedia. Sehingga, sebenarnya tidak ada beban ekonomi yang harus mereka pikul. Hal ini merupakan peluang untuk mereka mempelajari apa yang mereka lupakan selama mereka berada di luar Lapas.
Meskipun demikian, ada juga di antara mereka yang bersikap acuh terhadap pembinaan keagamaan, karena masih berkutat dengan isi perut. Orang-orang seperti ini yang sering termanfaatkan oleh para missionaris yang banyak bertebaran di Lapas. Para Pembina keagamaan Nashrani mendatangi Lapas setiap hari. Mereka seringkali datang dengan membawa berbagai bingkisan yang dibagikan ke seluruh penghuni Lapas. Bahkan mereka mendatangkan empat orang dokter untuk memenuhi kebutuhan tim kesehatan di Lapas tanpa bayaran sepeser pun.
Selain kendala heterogenitas, kami juga mengalami kendala pendanaan kegiatan. Karena pembinaan yang kami berikan di Lapas merupakan sebuah pengabdian. Berbeda dengan berdakwah di pengajian-pengajian umum  yang pulang membawa bungkusan, berdakwah di Lapas justru kita yang harus membawa bungkusan. Bukan hanya pengorbanan waktu, tenaga, dan pikiran saja tapi pengorbanan harta juga kami alami dalam perjalanan dakwah di Lapas.
Hal ini menjadi romantika tersendiri bagi kami sebagai sebuah sarana pelajaran hidup dan yang pasti sebagai sarana kami mengabdi pada Yang Maha Tinggi. Pendanaan kegiatan merupakan salah satu kendala yang kami alami. Meskipun begitu, kami tetap berusaha melanjutkan pembinaan ini. Ada di antara organisasi yang ikut mengabdi di Lapas ini sudah menghentikan kegiatan dakwahnya karena masalah dana. Kami tidak berharap hal ini juga terjadi pada kami. Untuk itu kami sangat menantikan uluran bantuan dari berbagai pihak demi keberlangsungan dakwah kami. Dan semoga kegiatan kami mampu dipandang secara positif dan diikuti oleh yang lainnya, sehingga tidak hanya menjadi wacana dan tulisan semata.

Wallahu 'Alam.

#ODOPfor99days
#day63