www.freedigitalphotos.net |
Disleksia berasal dari bahasa Yunani, yaitu dys yang berarti
“sulit dalam …” dan lex yang berarti “berbicara”. Disleksia dimaksudkan
sebagai suatu gangguan kemampuan yang berhubungan dengan kata atau
simbol-simbol tulis. Disleksia pertama kali dikenalkan oleh Pringle Morgan pada
tahun 1896. Ia menceritakan tentang seorang anak laki-laki berusia 14 tahun
yang sangat pintar tetapi gagal dalam mengikuti pelajaran membaca dan menulis.
Padahal anak itu sudah mendapat jam tambahan khusus untuk kedua mata pelajaran
tersebut.
Anak yang menderita disleksia sering terpeleset dalam mengucapkan
kata-kata sederhana, seperti gajah menjadi jagah. Kesalahan ini terjadi
berulang kali dan permanen, artinya selalu salah. Mereka seringkali kacau dalam
mengucapkan kata yang hanya sedikit berbeda susunan hurufnya, seperti “buku”
dengan “duku”. Kesalahan tersebut sering pula diikuti dengan artikulasi suara,
gagap, atau pembalikan konsep, seperti kacau dalam memahamai konsep atas-bawah,
depan-belakang, dan sebagainya. Disleksia juga ditandai dengan kesulitan dalam
menulis. Misalnya kacau antara huruf “d” dengan “b”, kata “pagar” ditulis
“papar”.
Penyebab terjadinya disleksia, masih belum ditemukan secara pasti. Namun,
banyak ahli berpendapat bahwa penyebab utama disleksia adalah gangguan fungsi
otak. Sering terjadi pada belahan otak kiri maupun otak kanan. Penyebab
gangguan otak tersebut antara lain kurangnya oksigen saat atau segera setelah
lahir, kelahiran prematur, serta berat badan lahir rendah. Beberapa peneliti
lain mengatakan bahwa penyebab disleksia adalah faktor keturunan (genetik).
Disleksia merupakan salah satu jenis kesulitan belajar yang spesifik.
Karena disleksia terjadi pada anak normal yang tidak mengalami gangguan dalam
fisik maupun psikisnya. Tingkat IQ penderita disleksia berada pada rata-rata,
bahkan di atas rata-rata. Bila kesulitan membaca dan menulis terjadi dengan
diriingi kesulitan dalam menerima pelajaran lain, hal itu bukan termasuk
disleksia. Berdasarkan hasil penelitian kasus disleksia hampir 90% terjadi pada
anak laki-laki.
Anak yang mengalami gangguan disleksia sebenarnya
memiliki kemampuan yang menonjol dalam bidang lain. Namun, karena pola
pendidikan di masyarakat kita masih menonjolkan kemampuan baca-tulis, akhirnya
mereka tampak seperti orang bodoh. Jika hal ini tidak ditangani segera, akan
sangat berdampak pada kemerosotan prestasi akademiknya. Tekanan dari orangtua,
guru serta lingkungan agar anak bisa membaca dan menulis saat memasuki usia
Sekolah Dasar akan sangat membuat anak tertekan. Untuk itu, baik orangtua atau
pun guru harus memiliki kepekaan terhadap gangguan ini. Jika ditemukan adanya
gangguan disleksia pada anak, perlu dilakukan penanganan sejak dini.
Pada anak usia pra-sekolah (4-5 tahun), disleksia ditandai dengan
keterlambatan berbahasa atau tidak tampaknya bunyi dari suatu kata. Anak
cenderung mengalami kesulitan bermain kata-kata yang berirama, kebingungan
dalam menghadapi kata-kata yang mirip, serta mengalami kesulitan dalam belajar
mengenal huruf.
Pada usia sekolah (mulai 6 tahun) biasanya keluhan berupa kurang tampil
di sekolah, namun orangtua dan guru kurang menyadari bahwa anak tersebut
sebenarnya mengalami kesulitan membaca. Biasanya anak akan terlihat lambat
dalam berbicara, sulit belajar huruf di taman kanak-kanak, dan sulit belajar
membaca di sekolah dasar. Anak tersebut akan semakin tertinggal dalam
pelajaran, sedangkan guru dan orangtua merasa keheranan mengapa anak dengan
kecerdasan yang baik mengalami kesulitan dalam membaca.
Kasus disleksia banyak ditemukan pada orang-orang terkenal. Salah satunya
adalah Presiden AS George W. Bush, saat berkampanye dulu Bush berulang kali
salah dalam mengucapkan beberapa kata seperti peacemaker (pencipta
perdamaian) menjadi pacemaker (alat pacu jantung), ternyata dia pernah
memiliki riwayat disleksia sebelum menjadi presiden. Tokoh lain seperti aktor
Tom Cruise, penulis Agatha Christie, negarawan Lee Kuan Yew, serta aktris
peraih piala Oscar Whoopi Goldberg, yang pernah mengalami drop-out dari SMAnya.
Hal ini menunjukkan, bahwa jika mendapatkan penanganan yang baik
penderita disleksia juga bisa menjadi orang sukses. Karena gangguan yang
terjadi pada dirinya hanyalah bagian kecil dari sekian banyak kemampuan lain
yang dimilikinya. Peran orangtua dan guru sangat besar terutama dalam
menumbuhkan rasa percaya diri dan membantunya menampilkan kemampuannya yang
lain.
Kemampuan membaca dan menulis adalah kemampuan dasar, namun bukan berarti
segala-galanya. Tekanan yang berlebih dari orangtua dan guru agar anak bisa
membaca dan menulis tanpa memperhatikan adanya gangguan disleksia, dapat
membuat anak frustasi. Salah satu hasil penelitian ABC News terhadap 94 remaja
yang mengalami disleksia, dan 94 remaja yang tidak mengalaminya menunjukkan bahwa
19% dari kelompok penyandang disleksia pernah berpikir atau mencoba untuk bunuh
diri.
Yang harus dilakukan saat ini oleh orangtua dan guru adalah mengenali
gejala disleksia, siapa tahu itu terjadi pada anak atau murid anda. Setelah itu
lakukan terapi khusus untuk mereka dalam rangka mereduksi kesulitan yang
dialami. Kemudian tumbuhkanlah rasa percaya diri anak, dan bantu mereka untuk
memunculkan potensi mereka yang lain, yang mungkin akan membuat mereka menjadi
orang sukses. Banyak orang terkenal seperti Sir Winston Churchill, mantan
perdana menteri Inggris, Sir Isaac Newton, penemu gaya tarik bumi, serta Albert
Einstein, seorang ahli fisika yang dianggap anak bodoh sewaktu mereka kecil,
namun kini dikenal banyak orang karena prestasinya. Wallahu alam bishshawwab.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar