Tampilkan postingan dengan label #ODOPfor99days. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label #ODOPfor99days. Tampilkan semua postingan

Kamis, 28 April 2016

Komunikasi Dalam Jam'iyyah

v  Hakikat berkomunikasi adalah membiarkan orang lain mengenal diri kita dan menjalin pengertian dengan kita
v  Organisasi/jam’iyyah adalah sebuah wadah tempat orang-orang bekerjasama untuk mencapai tujuan bersama.
v  Ciri jam’iyyah Persis :
  1. Berbentuk bunyanun marshush dalam hidup berjama’ah, berimamah, dan berimarah
  2. Bersifat harakah tajdid dalam pemikiran Islam dan penerapannya
  3. Bergerak dalam bidang da’wah, pendidikan, serta sosial kemasyarakatan lainnya.
v  Kendala dalam berkomunikasi adalah prasangka (stereotype/dzon) serta interpretasi (penafsiran).
v  Prasangka adalah anggapan yang telah melekat dalam diri kita tentang suatu hal
v  Interpretasi adalah pemahaman subjektif kita tentang suatu hal
v  Agar sukses menjalani komunikasi dalam organisasi ikutilah cara nabi :

  1. Terimalah orang lain dengan penuh perhatian, kelembutan, dan dorongan (QS 9:128 dan QS 3:159).
  2. Jadikan setiap orang merasa penting
  3. Jangan mencoba menguasai orang lain dengan paksa
  4. Kenali setiap orang dalam organisasi. Kurangnya waktu bukanlah alasan
  5. Gunakan setiap waktu yang ada untuk bertemu dengan orang yang berbeda.
  6. Jangan menunggu orang yang datang terlambat. Jika dilakukan sama dengan mengajarkan bahwa terlambat itu boleh, dan berarti pula menghukum terhadap orang yang dating tepat waktu.
  7. Tafsirkan setiap perlakukan orang lain dengan mencari 70 alasan.
  8. Gunakan bahasa non verbal secara efektif
  9. Hindarkan kesalahpahaman dalam komunikasi dengan selalu melakukan tabayyun

#ODOPfor99days
#day79

Ramadhan Ceriaa

Ramadhan merupakan salah satu bulan dalam Tahun Hijriah. Bulan ini memiliki banyak keisitimewaan, salah satunya adalah kewajiban shaum untuk Umat Islam. Ramadhan bagaikan seorang tamu agung, dia datang hanya setahun sekali dengan membawa berbagai keistimewaan dan hadiah indah bagi kita sebagai seorang Muslim. Maka selayaknyalah kita menyambutnya dengan kegembiraan.
Suka cita serta sambutan yang meriah selama ini kita lakukan justru saat Ramadhan akan berakhir, karena ada perayaan Lebaran. Padahal seharusnya sebagaimana para Rasulullah dan para sahabat, keceriaan serta sambutan yang meriah itu kita lakukan saat Ramadhan datang.
Ibadah utama yang ada di Bulan Ramadhan adalah ibadah shaum. Namun selain itu ada banyak kesempatan ibadah yang bias kita laukan di Bulan Ramadhan. Agar kita lebih mencintai Ramadhan, yuk kita belajar mengenal istilah-istilah ibadah yang ada di Bulan Ramadhan.

Sahur
Sahur adalah makan pada waktu dini hari sebelum tiba waktu shubuh. Sahur dimaksudkan sebagai bekal kita shaum selama seharian. Meskipun begitu tidak dibenarkan kita terlalu berlebihan dalam makan sahur atau juga meninggalkan sahur. Sunnah dalam sahur adalah mengakhirkannya hingga mendekati waktu shubuh. Sahur merupakan salah satu ibadah di bulan Ramadhan, bahkan Rasulullah saw bersabda bahwa ada banyak barokah dalam sahur.

Ifthar
Ifthar adalah saat berbuka shaum. Ifthar juga merupakan bagian dari ibadah di Bulan Ramadhan. Sunnah dalam ifthar adalah menyegarakannya begitu adzan maghrieb berkumandang dan mendahulukan makan yang manis-manis.

Tarawih
Tarawih adalah shalat malam yang jumlahnya 11 raka’at. Jika di bulan lain shalat ini biasa disebut shalat Lail atau shalat Tahajjud. Maka pada bulan ramadhan shalat ini dinamakan shalat Tarawih karena dilakukan dengan tarawih (santai) bisa dimulai dari bada isya sampai sebelum datangnya waktu shubuh. Tidak ada ketentuan shalat ini dilakukan secara berjama’ah, justru Nabi Muhammad saw lebih senang melakukan shalat ini sendirian saja.

 Tadarus
Tadarus biasa dilakukan oleh Rasulullah saw setiap malam selama bulan Ramadhan bersama Malaikat Jibril. Tadarus yang disunnahkan oleh rasulullah saw adalah dengan ada guru atau pendamping yang akan mengoreksi bacaan al-Qur’an kita. Jadi tidak dilakukan sendirian saja di rumah.

 Shadaqah
Nilai ibadah di Bulan Ramadhan lebih besar 70 kali lipat dibandingkan pada Bulan-bulan lainnya. Untuk itu bulan Ramadhan menjadi kesempatan yang sangat indah untuk kita menimbun amal. Salah satunya melalui amalan termudah yaitu shadaqah. Karena bentuk dan banyaknya shadaqah tidak dibatasi, kriterianya hanya keikhlasan kita membahagiakan orang lain.

Itikaf
Itikaf adalah ibadah special yang hanya ada di Bulan Ramadhan. Itikaf adalah berdiam diri dan menyibukkan diri untuk hanya beribadah kepada Allah di sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan. Itikaf dilakukan di dalam mesjid dan menjadi batal saat kita keluar mesjid sebelum sempurna itikaf kita. Itikaf adalah salah satu cara untuk meraih Lailatul Qadar, sebuah kemuliaan yang hanya ada di Bulan Ramadhan. Itikaf juga merupakan bukti kecintaan kita pada Bulan yang mulia ini. Bukti bahwa kita sebagaimana para sahabat yang bergembira dengan datangnya Ramadhan dan sangat bersedih dengan berakhirnya Ramadhan.

Zakat
Sebagai penyempurna seluruh rangkaian ibadah kita di Bulan Ramadhan. Allah mewajibkan semua umatnya untuk mengeluarkan Zakat Fitrah di akhir Bulan Ramadhan. Zakat fitrah wajib dikeluarkan bukan hanya oleh orang dewasa, namun juga anak-anak, balita bahkan bayi yang masih ada di dalam kandungan.


Itulah beberapa sekelumit ibadah-ibadah special di Bulan Ramadhan. Mari kita smbut Ramadhan dengan hati yang gembira agar Ramadhan kita ceriaaa.

#ODOPfor99days
#day78

LANGKAH PRAKTIS MENUJU TABLIGH EFEKTIF (Part 3)

3.Langkah Akhir
Langkah yang terakhir adalah evaluasi. Langkah ini yang seringkali terlupakan oleh para muballigh. Tabligh memang tidak seperti mengajar, yang diakhirnya biasa ditutup dengan ulangan untuk menguji tingkat pencapaian materi yang diajarkan oleh siswa. Namun, evaluasi tetap diperlukan minimal untuk mengukur tingkat efektifitas penyampaian materi. Evaluasi ini dapat dilakukan oleh muballigh itu sendiri (self-evaluation) atau oleh orang lain (other-evaluation)..

4. Menggunakan Catatan
Sematang apa pun kita mempersiapkan materi, lupa atau gugup bisa saja terjadi dalam penyampaian. Untuk itu, penting bagi seorang muballigh untuk mempersiapkan catatan (taswir) sebagai pengingat di kala lupa. Catatan yang digunakan oleh muballigh harus bersifat ringkas. Dengan adanya catatan, muballigh tidak boleh terpaku dan hanya memandangi catatan saja saat penyampaian.

#ODOPfor99days
#day76

LANGKAH PRAKTIS MENUJU TABLIGH EFEKTIF (Part 2)

1.      Langkah Pelaksanaan
Setelah kita melalui langkah persiapan dengan baik, kini kita telah siap untuk menyampaikan materi tabligh sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Pada dasarnya ada tiga tahap penting dalam menyampaikan materi tabligh, yaitu :

a.      Pembukaan
Rasullulah mengajarkan umatnya untuk membuka setiap perkataan dengan tahmid yang diiringi dengan syahadat. Ada macam-macam tahmid yang biasa digunakan, kita bisa memilih yang mana saja sesuai dengan kapasitas serta materi yang ingin kita sampaikan. Setelah tahmid, yang harus dilakukan adalah memotivasi mustami’ untuk memfokuskan perhatian. Salah satu teknik untuk memfokuskan perhatian mustami’ yaitu melalui pertanyaan dan kisah. Kedua cara ini sering dilakukan Rasulullah, jika beliau hendak menyampaikan sesuatu kepada para shabahatnya. Selain itu kita harus menjelaskan tema masalah yang kita angkat serta urgensinya. Hal ini juga dapat menumbuhkan motivasi dan perhatian mustami’.

b.      Isi
Tahap kedua adalah tahap terpenting dalam rangkaian pelaksanaan tabligh. Pada tahap ini kita menguraikan seluruh inti permasalahan yang kita bahas. Pembahasan kita hendaknya didukung dengan dalil shahih dan data yang akurat. Sertakan pula ilustrasi dan analogi untuk memperjelas permasalahan. Yang harus diperhatikan dalam memberikan ilustrasi dan analogi adalah kesesuaian dan keterkaitannya dengan materi yang disampaikan.

c.       Penutup
Pada tahap ini kita menegaskan kembali inti permasalahan yang kita sampaikan dan menyimpulkan seluruh penyampaian kita. Setelah itu kita menutup tabligh dengan istighfar dan do’a yang bisa kita tentukan sesuai dengan materi dan kapasitas kita. Ada baiknya jika kita memberi kesempatan kepada mustami untuk bertanyajawab dengan kita seputar permasalahan yang telah kita bahas. Hal ini dapat membantu kita untuk melengkapi kekurangan dalam penyampaian kita serta membantu kita mengevaluasi materi. Namun, tidak setiap pertanyaan bersifat menggali, ada pertanyaan mustami’ yang bersifat menentang atau sekedar menguji kemampuan kita. Untuk itu diperlukan kejelian muballigh dalam menanggapi setiap pertanyaan.

Saat tampil di depan mustami’ ada beberapa hal yang penting diperhatikan,
·         Penggunaan bahasa; bahasa yang digunakan haruslah bahasa yang dipahami oleh mustami’. Jangan menggunakan istilah-istilah yang sulit dipahami. Lebih baik lagi jika kita menggunakan bahasa yang santai dan komunikatif.
·         Perhatikan waktu; usahakan menyusun materi sesuai dengan waktu yang telah disediakan. Selalu perhatikan waktu, jangan sampai penyampaian kita melebihi waktu yang telah disediakan dan membuat mustami’ jenuh.
·         Posisi badan; usahakan agar sikap badan tidak terlihat kaku atau lunglai. Bersikaplah santai namun tetap tegap. Kita harus terlihat yakin, terutama saat menuju ke mimbar. Gunakan isyarat tangan atau tubuh dalam menjelaskan, namun jangan dibuat-buat.
·         Kontak mata; arahkan pandangan ke seluruh ruangan. Jangan mengarahkan pandangan hanya ke satu titik atau berpindah-pindah arah pandangan. Biarkan pandangan kita menyeluruh kepada seluruh mustami’.
·         Suara; suara tidak terdengar mendatar, tapi juga tidak berirama seperti lagu. Usahakan agar suara kita keras dan jelas -tapi bukan berteriak- sehingga bisa didengar oleh seluruh mustami’. Suara juga tidak terlalu cepat dan tidak terlalu lambat. Gunakanlah ritme yang sesuai yang dapat ditangkap oleh mustami’. Jangan terlalu banyak ungkapan-ungkapan “mmhmm” dan sejenisnya, karena hal ini menandakan keragu-raguan dalam menyampaikan.

·         Jeda; berhentilah berbicara sejenak, terutama setelah kita mengungkapkan satu pesan penting untuk memberikan kesempatan kepada mustami’ mencerna apa yang kita sampaikan. Kita juga bisa menggunakan tekanan dan irama yang lebih kuat untuk menegaskan pesan penting yang ingin kita sampaikan.

#ODOPfor99days
#day75

LANGKAH PRAKTIS MENUJU TABLIGH EFEKTIF (Part 1)

A. Muqaddimah
Berda’wah merupakan kewajiban setiap individu muslim. Melalui da’wah kita mengajak orang lain untuk bersama-sama menjalankan syari’at Islam, menegakkan kebenaran dan meruntuhkan kemunkaran (QS An-Nisa ayat    ). Banyak cara yang bisa dilakukan untuk menjalankan kewajiban da’wah. Salah satu cara yang paling mudah adalah dengan menjadikan diri kita sebagai seorang muslim sejati, memberikan contoh teladan dan menunjukkan cara hidup yang islami.
Salah satu bentuk da’wah yang sering kita lihat dan perhatikan adalah da’wah billisan. Istilah yang tepat untuk da’wah jenis ini adalah tabligh. Cara ini banyak diminati orang, karena bisa membawa da’I pada kepopuleran, hingga dijadikan sebuah kontes. Oleh karena itu, jika kita ingin memilih berda’wah melalui cara ini perlu penegasan kembali niat dalam hati kita agar muncul beningnya keikhlasan. Untuk itu diperlukan pengetahuan serta keterampilan (knowledge and skill) agar tabligh kita lebih efektif.

B. Langkah-langkah Menuju Tabligh Efektif
Ada tiga langkah utama dalam rangka mencapai tabligh yang efektif, yaitu :

1.      Langkah Persiapan
Allah berfirman,
ولتنظر نفس ما قدمت لغد
“Dan hendaklah setiap jiwa mmepersiapkan apa yang akan dihadapinya di hari esok”.

Persiapan merupakan langkah awal yang penting, yang akan menentukan tingkat efektifitas pelaksanaan tabligh. Ada beberapa hal yang harus dilakukan sebagai persiapan, yaitu :

a.       Kenali sasaran
Sebelum kita menyampaikan sesuatu kepada orang lain, kita harus mengetahui dan mengenali terlebih dahulu siapa mustami’ kita. Hal ini akan menentukan isi materi serta cara penyampaian kita. Yang harus kita ketahui mengenai pendengar kita selain tingkat usia serta pengetahuan, juga problematika yang sedang dihadapi. Hal ini dimaksudkan agar materi yang kita sampaikan “kena sasaran”. Lebih jauh, kita harus pula mengenali siapa di antara mustami’ kita yang termasuk kelompok “pendukung” atau “pengacau”. Untuk mendapatkan hubungan yang erat dan meningkatkan komunikasi dengan mustami’, hendaklah hadir lebih awal dan pulang paling akhir. Hal ini memungkinkan kita untuk menjajagi terlebih dahulu mustami’ serta mengevaluasi ceramah kita.

b.      Tentukan topik
Setelah kita mengenal mustami’, selanjutnya adalah menentukan topik bahasan. Ada beberapa syarat dalam menentukan topik, yaitu : (1) Harus sesuai dengan kebutuhan; (2) Dipahami oleh mustami’; (3) Didukung oleh dalil shahih dan data yang akurat; dan (4) Dikuasai oleh muballigh.

c.       Susun Materi
Langkah selanjutnya adalah mulai menyusun materi yang akan disampaikan. Lebih baik bila kita dapat membuat sebuah makalah, sebagai bahan bacaan yang akan mempersiapkan mustami tentang materi yang akan disampaikan dan mengingatkan kembali mereka di saat tabligh telah berakhir. Dalam menyusun materi, ada beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu : (1) Materi disusun secara sistematis, sesuai dengan urutan logis; (2) Disusun dari yang sederhana menuju masalah yang lebih kompleks; (3) Diakhiri dengan kesimpulan, untuk menegaskan kembali inti materi.

d.      Persiapkan diri
Setelah materi siap, kita pun harus mempersiapkan diri kita. Sebagai muballigh, kita akan menjadi pusat perhatian. Untuk itu ada beberapa hal yang harus disiapkan.
·         Stabilitas emosi. Tingkatkan rasa percaya diri dan singkirkan terlebih dahulu masalah-masalah yang dapat mengganggu konsentrasi. Tenangkan hati kita dengan selalu mengingat Allah. Ingatlah do’a Nabi Musa.
·         Kondisi fisik. Seorang muballigh memerlukan kondisi fisik yang prima. Jangan paksakan diri kita jika merasa sakit.

·         Penampilan. Hal ini penting untuk meningkatkan rasa percaya diri serta meningkatkan kepercayaan mustami’ terhadap muballigh.

#ODOPfor99days
#day74

Senin, 25 April 2016

Ayat-ayat Serta Hadits Tentang Posisi Wanita Dalam Islam

POSISI WANITA DALAM ISLAM
Insania Zakiyah

1. "Hai manusia, Sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal" (Al-Hujurat ayat 13).

2. Barangsiapa yang mengerjakan amal-amal saleh, baik laki-laki maupun wanita sedang ia orang yang beriman, Maka mereka itu masuk ke dalam surga dan mereka tidak dianiaya walau sedikitpun. (QS An-Nisaa ayat 124)

3. Barangsiapa mengerjakan perbuatan jahat, maka dia tidak akan dibalas melainkan sebanding dengan kejahatan itu… (QS Ghafir ayat 40)

4. Maka tatkala isteri 'Imran melahirkan anaknya, diapun berkata: "Ya Tuhanku, Sesunguhnya Aku melahirkannya seorang anak perempuan; dan Allah lebih mengetahui apa yang dilahirkannya itu; dan anak laki-laki tidaklah seperti anak perempuan. Sesungguhnya Aku Telah menamai dia Maryam dan Aku mohon perlindungan untuknya serta anak-anak keturunannya kepada (pemeliharaan) Engkau daripada syaitan yang terkutuk." (QS Ali Imran ayat 36)

5. Ali ra telah berkata: Sifat yang paling jelek pada lelaki adalah sifat yang paling baik dimiliki oleh perempuan, yaitu: bakhil, kecut (tidak ramah) dan penakut, karena jika perempuan itu bakhil (kikir) ia akan dapat menjaga hartanya dan harta suaminya. Dan jika ia bersifat kecut ia akan dapat menahan (membatasi dirinya) untuk berbicara terhadap orang lain dengan perkataan yang lembut dan memikat. Kemudian jika ia bersifat penakut, ia akan takut terhadap segala sesuatu, sehingga ia tidak akan keluar dari rumahnya dan menjauhi tempat-tempat yang bisa menimbulkan fitnah, karena takut akan suaminya (Uqudul al-Lujain hal. 8).

6. Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. Sebab itu maka wanita yang saleh ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara mereka… (QS An-Nisa ayat 34)

7. Dan para wanita mempunyai hak yang seimbang dengan kewajibannya menurut cara yang ma'ruf. Akan tetapi para suami mempunyai satu tingkatan kelebihan darpada istrinya (QS al-Baqarah ayat 228).

8. Dan apabila seseorang dari mereka diberi kabar dengan (kelahiran) anak perempuan, hitamlah (merah padamlah) mukanya, dan dia sangat marah. Ia menyembunyikan dirinya dari orang banyak, disebabkan buruknya berita yang disampaikan kepadanya. apakah dia akan memeliharanya dengan menanggung kehinaan ataukah akan menguburkannya ke dalam tanah (hidup-hidup) ?. Ketahuilah, alangkah buruknya apa yang mereka tetapkan itu. (QS an-Nahl ayat 58-59)

9. Dan janganlah kamu iri hati terhadap apa yang dikaruniakan Allah kepada sebagian yang lain. (Karena) bagi orang laki-laki ada bagian daripada apa yang mereka usahakan, dan bagi para wanita (pun) ada bagian dari apa yang mereka usahakan, dan mohon lah kepada Allah sebagian dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu (QS an-Nisa ayat 32)


10. Dan Kami perintahkan kepada manusia untuk berbuat baik kepada kedua orangtuanya, (terlebih) ibunya yang telah mengandungnya dengan susah payah dan menyusuinya hingga dua tahun, bersyukurlah kepadaKu dan kepada kedua orangtuamu. Hanya kepadaKulah tempat kembali (QS Luqman ayat 14)

#ODOPfor99days
#day73

Hikmah Dari Keluarga Imran

Imran adalah ayah dari Siti Maryam dan kakek dari Nabi Isa. Namanya diabadikan sebagai salah satu nama surat dalam Al-Qur'an. Pemilihan nama surat tersebut tentunya mengandung makna bahwa ada banyak teladan yang harus kita ikuti dari keluarga ini. Berikut kutipan kisah keluarga Imran yang ada dalam al-Qur'an.

Sesungguhnya Allah telah memilih Adam, Nuh, keluarga Ibrahim dan keluarga Imran melebihi segala umat (di masa mereka masing-masing), (sebagai) satu keturunan yang sebagiannya (keturunan) dari yang lain. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (QS Ali Imran, 3:33-34)

(Ingatlah), ketika isteri 'Imran berkata: "Ya Tuhanku, Sesungguhnya aku menazarkan kepada Engkau anak yang dalam kandunganku menjadi hamba yang saleh dan berkhidmat (di Baitul Maqdis). karena itu terimalah (nazar) itu dari padaku. Sesungguhnya Engkaulah yang Maha mendengar lagi Maha Mengetahui". Maka tatkala isteri 'Imran melahirkan anaknya, diapun berkata: "Ya Tuhanku, sesunguhnya aku melahirkannya seorang anak perempuan; dan Allah lebih mengetahui apa yang dilahirkannya itu; dan anak laki-laki tidaklah seperti anak perempuan. Sesungguhnya aku telah menamai Dia Maryam dan aku mohon perlindungan untuknya serta anak-anak keturunannya kepada (pemeliharaan) Engkau daripada syaitan yang terkutuk." (QS Ali Imran, 3:35-36)

Berikut penjelasan ayat ini dalam Tafsier Ibnu Katsir

Istri Imran itu ialah Hannah binti Faqudz. Muhammad bin Ishaq berkata: Ia itu adalah wanita yang tidak bisa hamil, pada suatu hari dia melihat seekor burung sedang memberi makan anaknya dengan paruhnya. Maka dia pun sangat ingin mempunyai seorang anak, kemudian ia berdo’a kepada Allah SWT agar memberinya anak. Allah pun mengijabah do’anya. Setelah suaminya menggaulinya dia pun hamil. –Tafsier Ibnu Katsier Juz 2, hal. 33-

Ada beberapa hikmah yang dapat dijadikan pelajaran dari Kisah Keluarga Imran ini, di antaranya:

1. Tak ada yang tak mungkin bagi Allah SWT

Allah berfirman: "Demikianlah Allah menciptakan apa yang dikehendaki-Nya. Apabila Allah berkehendak menetapkan sesuatu, maka Allah hanya cukup berkata kepadanya: "Jadilah", lalu jadilah dia. (QS Ali Imran, 3:47)

2. Memiliki anak harus diorientasikan agar dia menjadi Hamba Allah

(Ingatlah), ketika isteri 'Imran berkata: "Ya Tuhanku, Sesungguhnya aku menazarkan kepada Engkau anak yang dalam kandunganku menjadi muharraran -hamba yang saleh dan berkhidmat (di Baitul Maqdis)-. karena itu terimalah (nazar) itu dari padaku. Sesungguhnya Engkaulah yang Maha mendengar lagi Maha Mengetahui".  (QS Ali Imran, 3:35)

“Muharraran” yaitu melepaskan diri dan mengikhlashkan diri hanya karena Allah swt, mengurus, melayani dan mewakafkan diri di tempat ibadah, semata-mata untuk beribadah kepada Allah SWT –Tafsier al-Qurtubi Juz 4 hal,66-

"Dan ingatlah ketika Luqman berkata kepada anaknya, ketika dia memberi nasehat kepadanya, Wahai anakku janganlah kamu menyekutukan Allah, sesungguhnya menyekutukan Allah adalah kedzaliman yang besar". (QS Luqman[31]:13).

3. Nazar adalah janji yang wajib dipenuhi

Maka Tuhannya menerimanya (sebagai nazar) dengan penerimaan yang baik, dan mendidiknya dengan pendidikan yang baik.  (QS Ali Imran, 3:37)

4. Kedudukan laki-laki dan wanita di mata Allah sama

Barangsiapa yang mengerjakan amal-amal saleh, baik laki-laki maupun wanita sedang ia orang yang beriman, Maka mereka itu masuk ke dalam surga dan mereka tidak dianiaya walau sedikitpun. (QS An-Nisaa ayat 124)

5. Selalu mendo’akan anak agar terhindar dari godaan syetan

Dari Abu Hurairah ra, ia berkata: Rasulullah SAW telah bersabda, “Setiap anak diusap oleh Syetan saat mereka dilahirkan, kemudian mereka berteriak menangis karena usapan tersebut kecuali Maryam dan putranya”. Kemudian Abu Hurairah ra berkata, Bacalah jika kalian mau (saat anak kalian dilahirkan) “dan sesungguhnya aku mohon perlindungan untuknya serta anak-anak keturunannya kepada (pemeliharaan) Engkau daripada syaitan yang terkutuk”. (Bukhari-Muslim).

#ODOPfor99days
#day72


Belajar dari Ibrahim

Nabi Ibrahim adalah salah satu Nabi yang banyak disebut namanya dalam al-Qur'an. Sebagai Bapak para Nabi begitu banyak kisah hidupnya yang patut kita teladani dan tak akan lekang termakan zaman. Berikut kutipan beberapa ayat mengenai Nabi Ibrahim yang banyak mengandung hikmah.

1. Hendaknya kita menjadi pribadi yang memiliki teladan untuk sesama

Sesungguhnya telah ada suri tauladan yang baik bagimu pada Ibrahim dan orang-orang yang bersama dengan dia…(QS al-Mumtahanah ayat 4)

2. Mensucikan diri dari segala jenis Ilah demi mencapai inti Tauhid

Ketika malam telah gelap, Dia melihat sebuah bintang (lalu) Dia berkata: "Inilah Tuhanku", tetapi tatkala bintang itu tenggelam Dia berkata: "Saya tidak suka kepada yang tenggelam." Kemudian tatkala Dia melihat bulan terbit Dia berkata: "Inilah Tuhanku". tetapi setelah bulan itu terbenam, Dia berkata: "Sesungguhnya jika Tuhanku tidak memberi petunjuk kepadaKu, pastilah aku Termasuk orang yang sesat." Kemudian tatkala ia melihat matahari terbit, Dia berkata: "Inilah Tuhanku, ini yang lebih besar". Maka tatkala matahari itu terbenam, Dia berkata: "Hai kaumku, Sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan. (QS al-An'am ayat 76-78)

Sesungguhnya aku menghadapkan diriku kepada Rabb yang menciptakan langit dan bumi, dengan cenderung kepada agama yang benar, dan aku bukanlah Termasuk orang-orang yang mempersekutukan tuhan. (QS al-An'am ayat 79)

3. Selalu berupaya menaikkan derajat keimanan diri

Dan (ingatlah) ketika Ibrahim berkata: "Ya Tuhanku, perlihatkanlah kepadaku bagaimana Engkau menghidupkan orang-orang mati." Allah berfirman: "Belum yakinkah kamu ?" Ibrahim menjawab: "Aku telah meyakinkannya, akan tetapi agar hatiku tetap mantap (dengan imanku) Allah berfirman: "(Kalau demikian) ambillah empat ekor burung, lalu cincanglah[165] semuanya olehmu. (Allah berfirman): "Lalu letakkan diatas tiap-tiap satu bukit satu bagian dari bagian-bagian itu, kemudian panggillah mereka, niscaya mereka datang kepadamu dengan segera." dan ketahuilah bahwa Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (QS al-Baqarah ayat 260)

4. Memiliki keberanian melawan kezaliman dan kemunkaran

(ingatlah), ketika Ibrahim berkata kepada bapaknya dan kaumnya: "Patung-patung Apakah ini yang kamu tekun beribadat kepadanya?" Mereka menjawab: "Kami mendapati bapak-bapak Kami menyembahnya".54. Ibrahim berkata: "Sesungguhnya kamu dan bapak-bapakmu berada dalam kesesatan yang nyata".(QS al-Anbiya ayat 53-54)

5. Mendidik seluruh anggota keluarga agar menjadi hamba yang sholih

Ya Tuhanku, anugrahkanlah kepadaku (seorang anak) yang Termasuk orang-orang yang saleh. Maka Kami beri Dia khabar gembira dengan seorang anak yang Amat sabar (QS ash-Shaffat ayat 100-101)

6. Berani mengorbankan apa pun demi menjalankan perintah Allah SWT

Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: "Hai anakku Sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!" ia menjawab: "Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku Termasuk orang-orang yang sabar".Tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya atas pelipis(nya), (nyatalah kesabaran keduanya ).Dan Kami panggillah dia: "Hai Ibrahim, Sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu Sesungguhnya Demikianlah Kami memberi Balasan kepada orang-orang yang berbuat baik.Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata.Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar. Kami abadikan untuk Ibrahim itu (pujian yang baik) di kalangan orang-orang yang datang Kemudian, (yaitu)"Kesejahteraan dilimpahkan atas Ibrahim".Demikianlah Kami memberi Balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya ia Termasuk hamba-hamba Kami yang beriman. (QS ash-Shaffat 102-111)

7. Belajar arti kesabaran yang sesungguhnya

Dan (ingatlah), ketika Ibrahim diuji Tuhannya dengan beberapa kalimat (perintah dan larangan), lalu Ibrahim menunaikannya. Allah berfirman: "Sesungguhnya aku akan menjadikanmu imam bagi seluruh manusia". Ibrahim berkata: "(Dan saya mohon juga) dari keturunanku"[88]. Allah berfirman: "Janji-Ku (ini) tidak mengenai orang yang zalim".

#ODOPfor99days
#day70

Rabu, 30 Maret 2016

Romantika Dakwah di LAPAS

Membuka beberapa catatan lama, tidak sengaja saya menemukan sedikit tulisan tentang pengalaman berdakwah di Lembaga Pemasyarakatan (LAPAS). Kegiatan ini dulu saya lakukan sekitar 2 tahun, sejak 2009 hingga 2011. Saat itu saya memegang amanah sebagai Ketua Pemudi Persis tingkat Kota Bandung. Kegiatan ini diselenggarakan di Lapas Wanita milik Pemerintah Provinsi Jawa Barat yang terletak di Arcamanik. Berikut isi catatan tersebut.


Pembinaan keagamaan di lapas berada di bawah Kepala Seksi Sub Bimbingan Kemasyarakatan dan Perawatan (Kasi Sub Kemaswat) yang bertanggungjawab kepada Kepala Seksi Pembinaan Narapidana dan Anak Didik (Kasi Binadik). Di Lapas Wanita Bandung -di mana kami beraktifitas- pembinaan keagamaan lebih banyak diwarnai oleh pihak luar Lapas. Pembinaan dari Lapas sendiri tidak terpola dengan baik. Hal ini terlihat dari jenis kegiatannya. Pembinaan keagamaan yang diselenggarakan oleh Lapas hanya dzikir dan do'a bersama serta kultum dari Pembina. Pembinaan keagamaan lainnya diselenggarakan oleh pihak-pihak di luar Lapas salah satunya kami dari Pemudi Persis.
Namun, menurut pengakuan dari sebagian besar WB metode yang digunakan dalam pembinaan keagamaan biasanya hanya ceramah. Sehingga terkesan kaku dan monoton, serta tidak adanya evaluasi yang terpola untuk mengetahui sejauh mana tingkat penerimaan serta penyerapan WB terhadap materi yang diberikan. Bagi mereka pola pembinaan seperti itu membosankan dan tidak sesuai dengan apa yang mereka butuhkan.
Adapun pembinaan yang kami lakukan adalah pembinaan baca tulis Qur'an dengan menggunakan metode IQRA'. Namun akhirnya berkembang karena banyaknya permintaan dari WB. Kami juga memberikan materi tauhid, ibadah, akhlaq, bahkan materi metode tabligh. Kami menggunakan metode tutor/mentoring, dimana WB dibagi dalam beberapa kelompok sesuai dengan tingkat kemampuan bacaan al-Qur'an serta pemahaman terhadap Al-Islam. Tiap kelompok rata-rata terdiri atas 20-30 orang  dan didampingi oleh dua orang mentor.
Kesulitan utama yang kami hadapi adalah heterogenitas WB yang cukup kompleks, mulai dari latar belakang masalah, latar belakang social-ekonomi, latar belakang pendidikan, serta latar belakang keagamaan mereka. Jumlah WB yang ada di Lapas ini saat kami masuk Januari 2009 sekitar 100 orang, dan terus bertambah hampir setiap hari hingga sekarang mencapai 200 orang. Meski banyak pula yang sudah keluar, tapi yang masuk lebih banyak dari yang keluar. Hal ini juga dikarenakan Lapas ini adalah Lapas baru yang diperuntukkan bagi Napi Wanita se-Jawa Barat. Oleh karena itu, mereka datang dari berbagai daerah.
Kasus yang menyebabkan mereka ada di Lapas ini adalah kasus pidana dan perdata. Kasus pidana sebagian besar adalah narkoba, baik sebagai pengedar, pemakai, atau keduanya. Selain itu ada pula kasus pencurian, pembunuhan, korupsi, penggelapan, trafficking, dan lainnya. Selain berbeda kasusnya berbeda pula tingkat kejahatannya, ada yang memang profesi, ikut-ikutan, hanya terlibat bahkan ada pula yang tidak tahu bahwa apa yang dilakukannya salah di mata hukum.
Tingkat sosial ekonomi juga beragam, mulai dari sekedar buruh cuci pakaian, sampai pejabat serta kalangan ekonomi atas. Yang menarik banyak di antara mereka yang sudah naik haji, dan tanpa malu-malu menginginkan supaya gelar "Hajjah" tidak dihilangkan di depan nama mereka karena terkait dengan status sosial.
Keberagaman juga terlihat pada latar belakang keagamaan mereka. Karena ternyata tidak sedikit di antara mereka yang sudah memiliki pemahaman dan pengetahuan yang baik tentang agama, berlatar belakang pendidikan pesantren, atau yang berasal dari keluarga beragama. Sebaliknya banyak pula di antara mereka yang awam dan buta terhadap agama, tidak mampu sama sekali membaca al-Qur'an dan tidak bisa melakukan shalat. Mereka yang awam terhadap agama, bukan hanya orang yang berpendidikan rendah, namun ada pula yang sudah mengenyam S2 tapi tidak tahu huruf hijaiyyah.
Kompleksitas tersebut memunculkan keragaman kebutuhan yang harus dipenuhi. Sehingga seringkali menyulitkan kami dalam menentukan materi. Kehausan mereka akan ilmu agama rata-rata cukup tinggi. Mereka hidup di dalam Lapas tanpa mengetahui dunia di luar mereka, untuk kebutuhan dasar seperti makan dan istirahat sudah tersedia. Sehingga, sebenarnya tidak ada beban ekonomi yang harus mereka pikul. Hal ini merupakan peluang untuk mereka mempelajari apa yang mereka lupakan selama mereka berada di luar Lapas.
Meskipun demikian, ada juga di antara mereka yang bersikap acuh terhadap pembinaan keagamaan, karena masih berkutat dengan isi perut. Orang-orang seperti ini yang sering termanfaatkan oleh para missionaris yang banyak bertebaran di Lapas. Para Pembina keagamaan Nashrani mendatangi Lapas setiap hari. Mereka seringkali datang dengan membawa berbagai bingkisan yang dibagikan ke seluruh penghuni Lapas. Bahkan mereka mendatangkan empat orang dokter untuk memenuhi kebutuhan tim kesehatan di Lapas tanpa bayaran sepeser pun.
Selain kendala heterogenitas, kami juga mengalami kendala pendanaan kegiatan. Karena pembinaan yang kami berikan di Lapas merupakan sebuah pengabdian. Berbeda dengan berdakwah di pengajian-pengajian umum  yang pulang membawa bungkusan, berdakwah di Lapas justru kita yang harus membawa bungkusan. Bukan hanya pengorbanan waktu, tenaga, dan pikiran saja tapi pengorbanan harta juga kami alami dalam perjalanan dakwah di Lapas.
Hal ini menjadi romantika tersendiri bagi kami sebagai sebuah sarana pelajaran hidup dan yang pasti sebagai sarana kami mengabdi pada Yang Maha Tinggi. Pendanaan kegiatan merupakan salah satu kendala yang kami alami. Meskipun begitu, kami tetap berusaha melanjutkan pembinaan ini. Ada di antara organisasi yang ikut mengabdi di Lapas ini sudah menghentikan kegiatan dakwahnya karena masalah dana. Kami tidak berharap hal ini juga terjadi pada kami. Untuk itu kami sangat menantikan uluran bantuan dari berbagai pihak demi keberlangsungan dakwah kami. Dan semoga kegiatan kami mampu dipandang secara positif dan diikuti oleh yang lainnya, sehingga tidak hanya menjadi wacana dan tulisan semata.

Wallahu 'Alam.

#ODOPfor99days
#day63

Selasa, 10 Desember 2013

Mengenal Disleksia: Gangguan Kesulitan Membaca

Disleksia berasal dari bahasa Yunani, yaitu dys yang berarti “sulit dalam …” dan lex yang berarti “berbicara”. Disleksia dimaksudkan sebagai suatu gangguan kemampuan yang berhubungan dengan kata atau simbol-simbol tulis. Disleksia pertama kali dikenalkan oleh Pringle Morgan pada tahun 1896. Ia menceritakan tentang seorang anak laki-laki berusia 14 tahun yang sangat pintar tetapi gagal dalam mengikuti pelajaran membaca dan menulis. Padahal anak itu sudah mendapat jam tambahan khusus untuk kedua mata pelajaran tersebut.
Anak yang menderita disleksia sering terpeleset dalam mengucapkan kata-kata sederhana, seperti gajah menjadi jagah. Kesalahan ini terjadi berulang kali dan permanen, artinya selalu salah. Mereka seringkali kacau dalam mengucapkan kata yang hanya sedikit berbeda susunan hurufnya, seperti “buku” dengan “duku”. Kesalahan tersebut sering pula diikuti dengan artikulasi suara, gagap, atau pembalikan konsep, seperti kacau dalam memahamai konsep atas-bawah, depan-belakang, dan sebagainya. Disleksia juga ditandai dengan kesulitan dalam menulis. Misalnya kacau antara huruf “d” dengan “b”, kata “pagar” ditulis “papar”.
Penyebab terjadinya disleksia, masih belum ditemukan secara pasti. Namun, banyak ahli berpendapat bahwa penyebab utama disleksia adalah gangguan fungsi otak. Sering terjadi pada belahan otak kiri maupun otak kanan. Penyebab gangguan otak tersebut antara lain kurangnya oksigen saat atau segera setelah lahir, kelahiran prematur, serta berat badan lahir rendah. Beberapa peneliti lain mengatakan bahwa penyebab disleksia adalah faktor keturunan (genetik).
Disleksia merupakan salah satu jenis kesulitan belajar yang spesifik. Karena disleksia terjadi pada anak normal yang tidak mengalami gangguan dalam fisik maupun psikisnya. Tingkat IQ penderita disleksia berada pada rata-rata, bahkan di atas rata-rata. Bila kesulitan membaca dan menulis terjadi dengan diriingi kesulitan dalam menerima pelajaran lain, hal itu bukan termasuk disleksia. Berdasarkan hasil penelitian kasus disleksia hampir 90% terjadi pada anak laki-laki.
Anak yang mengalami gangguan disleksia sebenarnya memiliki kemampuan yang menonjol dalam bidang lain. Namun, karena pola pendidikan di masyarakat kita masih menonjolkan kemampuan baca-tulis, akhirnya mereka tampak seperti orang bodoh. Jika hal ini tidak ditangani segera, akan sangat berdampak pada kemerosotan prestasi akademiknya. Tekanan dari orangtua, guru serta lingkungan agar anak bisa membaca dan menulis saat memasuki usia Sekolah Dasar akan sangat membuat anak tertekan. Untuk itu, baik orangtua atau pun guru harus memiliki kepekaan terhadap gangguan ini. Jika ditemukan adanya gangguan disleksia pada anak, perlu dilakukan penanganan sejak dini.
Pada anak usia pra-sekolah (4-5 tahun), disleksia ditandai dengan keterlambatan berbahasa atau tidak tampaknya bunyi dari suatu kata. Anak cenderung mengalami kesulitan bermain kata-kata yang berirama, kebingungan dalam menghadapi kata-kata yang mirip, serta mengalami kesulitan dalam belajar mengenal huruf.
Pada usia sekolah (mulai 6 tahun) biasanya keluhan berupa kurang tampil di sekolah, namun orangtua dan guru kurang menyadari bahwa anak tersebut sebenarnya mengalami kesulitan membaca. Biasanya anak akan terlihat lambat dalam berbicara, sulit belajar huruf di taman kanak-kanak, dan sulit belajar membaca di sekolah dasar. Anak tersebut akan semakin tertinggal dalam pelajaran, sedangkan guru dan orangtua merasa keheranan mengapa anak dengan kecerdasan yang baik mengalami kesulitan dalam membaca.
Kasus disleksia banyak ditemukan pada orang-orang terkenal. Salah satunya adalah Presiden AS George W. Bush, saat berkampanye dulu Bush berulang kali salah dalam mengucapkan beberapa kata seperti peacemaker (pencipta perdamaian) menjadi pacemaker (alat pacu jantung), ternyata dia pernah memiliki riwayat disleksia sebelum menjadi presiden. Tokoh lain seperti aktor Tom Cruise, penulis Agatha Christie, negarawan Lee Kuan Yew, serta aktris peraih piala Oscar Whoopi Goldberg, yang pernah mengalami drop-out dari SMAnya.
Hal ini menunjukkan, bahwa jika mendapatkan penanganan yang baik penderita disleksia juga bisa menjadi orang sukses. Karena gangguan yang terjadi pada dirinya hanyalah bagian kecil dari sekian banyak kemampuan lain yang dimilikinya. Peran orangtua dan guru sangat besar terutama dalam menumbuhkan rasa percaya diri dan membantunya menampilkan kemampuannya yang lain.
Kemampuan membaca dan menulis adalah kemampuan dasar, namun bukan berarti segala-galanya. Tekanan yang berlebih dari orangtua dan guru agar anak bisa membaca dan menulis tanpa memperhatikan adanya gangguan disleksia, dapat membuat anak frustasi. Salah satu hasil penelitian ABC News terhadap 94 remaja yang mengalami disleksia, dan 94 remaja yang tidak mengalaminya menunjukkan bahwa 19% dari kelompok penyandang disleksia pernah berpikir atau mencoba untuk bunuh diri.

Yang harus dilakukan saat ini oleh orangtua dan guru adalah mengenali gejala disleksia, siapa tahu itu terjadi pada anak atau murid anda. Setelah itu lakukan terapi khusus untuk mereka dalam rangka mereduksi kesulitan yang dialami. Kemudian tumbuhkanlah rasa percaya diri anak, dan bantu mereka untuk memunculkan potensi mereka yang lain, yang mungkin akan membuat mereka menjadi orang sukses. Banyak orang terkenal seperti Sir Winston Churchill, mantan perdana menteri Inggris, Sir Isaac Newton, penemu gaya tarik bumi, serta Albert Einstein, seorang ahli fisika yang dianggap anak bodoh sewaktu mereka kecil, namun kini dikenal banyak orang karena prestasinya. Wallahu alam bishshawwab.

#ODOPfor99days
#day97

Sabtu, 28 September 2013

Golden Age

     Golden Age atau masa keemasan sering dikaitkan dengan masa pertama perkembangan manusia. Para pakar berbeda pendapat tentang rentang usia golden age ini, ada yang mengatakan 0-3 tahun,0-5 tahun, ada pula yang mengatakan 0-8 tahun.  Istilah golden age sendiri diperkenalkan oleh Sigmund Freud, seorang tokoh psikologi beraliran psikoanalisis. Istilah ini merujuk pada pentingnya memberikan perhatian yang lebih pada rentang usia awal masa pertumbuhan anak-anak.
     Setidaknya ada dua ciri perkembangan yang penting pada masa ini, sehingga disebut sebagai masa peka. Pertama pertumbuhan fisik anak yang terjadi sangat pesat dan dramatis. Kedua pada perkembangan cara berpikirnya.
Pertumbuhan fisik pada masa awal anak-anak sangat pesat. Hal ini terjadi pada fungsi-fungsi syaraf dan motorik. Terjadi proses myelinization (proses pembentukan lapisan urat syaraf dalam otak). Lapisan ini membantu impuls-impuls syaraf secara cepat yang memungkinkan pengontrolan terhadap kegiatan-kegiatan motorik lebih seksama dan efisien. Dibutuhkan nutrisi yang baik yang dapat menunjang baiknya pola pertumbuhan fisik pada masa ini.
 Perkembangan berpikir anak pada masa ini berada pada tahap pra-operasional, ditandai dengan: 1)symbolic function, kemampuan menggunakan sesuatu untuk mewakili sesuatu yang lain dengan menggunakan symbol; 2) semiotic function, kemampuan menggunakan symbol untuk menggambarkan suatu benda atau peristiwa. Dengan kemampuan ini anak memiliki imajinasi dan daya kreatifitas yang tinggi. Sehingga dibutuhkan stimulasi yang baik agar perkembangan cara berpikirnya dapat dioptimalkan.

#ODOPfor99days
#day96

Kamis, 12 September 2013

Khitbah ≠ Nikah

Istilah khitbah saat ini sudah tidak asing lagi di kalangan masyarakat Islam khususnya. Namun, fenomena khitbah yang terjadi di masyarakat tersebut banyak yang bercampur dengan kebiasaan-kebiasaan yang salah dan menyimpang dari hakikat khitbah sebenarnya. Tulisan ini akan mencoba menyoroti sedikit fenomena tersebut untuk kemudian meluruskan dan mengembalikan makna khitbah yang sebenarnya.
Khitbah atau yang lebih dikenal dengan lamaran merupakan satu langkah menuju proses pernikahan. Menurut Syaikh Sayyid Sabiq dalam Kitab Fiqhussunnah, khitbah merupakan proses awal sebelum menikah, dimana seorang laki-laki mengutarakan keinginannya untuk menikahi seorang perempuan. Khitbah bisa dilakukan dengan berbagai cara yang lazim dilakukan, dengan tetap memperhatikan batasan-batasan syar’i.
Ada dua hal yang harus dilakukan saat khitbah, yaitu : (1) melihat rupa, dan (2) ta’aruf. Melihat rupa dianjurkan oleh Rasulullah melalui sabdanya,
أن النبي ص قال : لرجل تزوج  امرأة أ نظرت إليها؟ قال : لا.قال : اذهب  فانظر إليها –رواه مسلم-
“Sesungguhnya Nabi saw bersabda -kepada seorang laki-laki yang hendak menikahi seorang perempuan- : Sudahkah kau lihat dia? Dia menjawab: Tidak. Rasul bersabda : Pergilah dan lihatlah dia” (HR Muslim).
Para ulama bersepakat bahwa melihat di sini adalah melihat apa yang nampak saja yaitu wajah dan telapak tangan, tidak lebih dari itu. Sedangkan taaruf merupakan upaya untuk mengenal sifat, kebiasaan serta aktivitas masing-masing. Bisa melalui obrolan langsung atau melalui perantara orang yang mengenal dekat calon pasangan. Baik melihat atau taaruf harus dilakukan oleh kedua belah pihak, agar muncul adanya rasa tertarik dan kecocokan yang akan menumbuhkan mawaddah dalam hidup berumahtangga.
Salah satu fenomena yang terjadi sekarang adalah proses khitbah atau lamaran justru baru dilakukan setelah kedua belah pihak telah mengenal sejak lama bahkan telah menjalin sebuah hubungan. Padahal Islam mensyariatkan khitbah sebagai sarana untuk mengenal dan memulai sebuah hubungan yang akan dilanjutkan dengan pernikahan. Taaruf dilakukan manakala telah ada keinginan dan niat untuk menikahi seorang perempuan. Tidak ada syariat lain selain khitbah sebelum memasuki jenjang pernikahan, termasuk pacaran yang bukan merupakan tradisi Islam.
Sebagai langkah awal menuju pernikahan, artinya khitbah haruslah dilanjutkan segera dengan pernikahan. Jika kedua belah pihak telah mengenal dan merasakan adanya kecocokan, menikah merupakan kewajiban bagi keduanya. Hal ini merupakan tanggungjawab orangtua atau wali untuk segera menikahkan putrinya manakala telah menemukan seseorang yang cocok dengannya. Mensegerakan nikah dalam situasi seperti ini menjadi kewajiban sebagai upaya preventif munculnya fitnah.
Khitbah hanyalah proses menuju pernikahan dan tidak sama dengan nikah, artinya khitbah tidak menghalalkan apa pun yang dihalalkan setelah menikah. Fenomena yang terjadi -bahkan di kalangan aktivis organisasi Islam- pasangan yang telah melakukan khitbah merasa bebas untuk pergi berduaan tanpa muhrimnya, bahkan naik kendaraan bermotor berdua. Khalwat atau berdua-duaan bukan saja haram dilakukan di tempat sepi, bahkan di keramaian. Sebagaimana Rasul telah menegaskan,

من  كان يؤمن بالله و اليوم الأخر فلا يخلون بامرأة ليس معها ذو محرم منها فإن ثالثها الشيطان

“Barang siapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir, maka janganlah berdua-duaan dengan perempuan tanpa ada muhrimnya yang menemani (khalwat), karena sesungguhnya Syetanlah yang ketiganya”.
Islam selalu mengajarkan umatnya untuk menghindari madharat dengan berbagai cara yang tidak menimbulkan mafsadat. Khalwat merupakan salah satu cara preventif untuk melindungi kehormatan serta kesucian diri dan hati setiap insan. Khalwat tetap haram dilakukan walaupun tidak diiringi dengan pegangan tangan bahkan yang lebih dari itu. Tidak ada hal yang dapat menggugurkan hukum khalwat kecuali kondisi madharat, yang dapat menimbulkan mafsadat yang lebih besar, seperti kecelakaan, kematian, dan sebagainya. Salah satu contohnya apa yang terjadi pada Siti Aisyah dan Shafwan bin Mu’aththol. Waktu itu Siti Aisyah tertinggal dari rombongan, dan ditemukan oleh Shafwan. Siti Aisyah kemudian diantar pulang oleh Shafwan sampai ke Madinah.
Seseorang tidak boleh mengkhitbah wanita yang telah dikhitbah oleh laki-laki lain. Begitu pula sebaliknya seorang wanita tidak boleh menerima khitbah seseorang, manakala dia telah menerima khitbah orang lain. Khitbah bersifat mengikat, namun ikatan dalam khitbah -sekali lagi- tidak menghalalkan apa pun yang dihalalkan setelah menikah. Untuk itu ikatan dalam khitbah pun tidak se-“mutlak” ikatan dalam pernikahan. Pembatalan khitbah dapat dilakukan kapan saja, manakala salah satu pihak merasakan ketidakcocokan terhadap pilihan tersebut. Namun, Sayyid Sabiq menegaskan bahwa khitbah yang telah disepakati merupakan sebuah janji. Jika seorang muslim menyalahi janjinya, maka itu merupakan ciri orang munafiq. Kemudian muncul pertanyaan bagaimana dengan pemberian yang biasa diberikan saat khitbah, jika khitbah dibatalkan. Maka, lebih lanjut Sayyid Sabiq menyatakan bahwa yang namanya pemberian itu tidak boleh diambil kembali, sesuai sabda Rasul,
العائد في هبته كالعائد في قيئه – رواه أصحاب السنن –
“Orang yang meminta kembali pemberiannya bagaikan orang yang meminum kembali muntahnya”
Sebenarnya pemberian dalam khitbah tidak termasuk apa yang disyariatkan, hanya sebuah kebiasaan yang boleh dilakukan selama tidak bertentangan dengan syariat. Sebagaimana penyelenggaraan upacara khusus untuk khitbah pun tidak disyariatkan, berbeda dengan akad nikah yang memang dicontohkan oleh Rasul. Karena saat seorang laki-laki mengutarakan maksudnya untuk menikahi seorang perempuan, itulah khitbah. Kalau pun diselenggarakan sebuah upacara khusus untuk itu, tidak mengapa selama tidak berlebihan dan tidak bertentangan dengan syariat.
Menikah merupakan sunnah Rasul yang paling diminati. Selain bertujuan sebagai upaya pemenuhan kebutuhan biologis, Islam mengajarkan agar menikah dilakukan dengan orientasi ibadah, guna mewujudkan keluarga sakinah, masyarakat tumaninah, dan negara yang maghfirah. Tahapan untuk mewujudkan keluarga sakinah mawaddah wa rahmah bukan dimulai setelah akad dilangsungkan, namun semenjak kita memilih calon pasangan. Bukan saja dalam menentukan kriteria calon pasangan tapi cara kita memilih dan mendapatkan pasangan pun ikut menentukan. Bukankah hasil yang baik akan dipetik dari usaha yang baik pula ? wallahu’alambishshawwab

Maraji’ :
Syaikh Sayyid Sabiq. Fiqhussunnah Jilid 2. Darul fikr

KH Aceng Zakaria. Tarbiyah an-Nisa. Ibnazka press

#ODOPfor99days
#day95