Setiap mulsimah selayaknya meyakini bahwa tugas utamanya sebagai seorang istri adalah menjadi "ro'iyyah" di rumah suaminya.
Idealisme seorang muslimah setelah menikah adalah bagaimana melayani suami dengan penuh keta'atan dan mendidik anak-anaknya dengan cara yang terbaik yang dia mampu.
Baru setelah rumah 'terkendali' dia berpikir untuk berkiprah di luar rumah.
Salah besar jika sebelum menikah saja idealismenya mengatakan bahwa dia tidak ingin menjadi wanita yang hanya mengurus rumah saja... HATI-HATI terhadap infiltrasi pemikiran kaum FEMINIS!!
Dan para suami selayaknya memberikan ruang bagi istrinya untuk melakukan aktifitas di luar rumah
Rasulullah SAW mengisyaratkan hal tersebut saat memerintahkan para sahabat laki-laki untuk memberi izin kepada istri dan putri mereka ikut shalat berjama'ah di mesjid.
Yang perlu menjadi catatan, aktifitas para istri di luar rumah haruslah berorientasi ibadah.
Untuk itu penting bagi para muslimah mengevaluasi kembali kiprah mereka di luar rumah.
Apakah saat kita aktif di luar rumah, kondisi rumah kita sudah 'terkendali'?
Sudahkah anak-anak mendapatkan pengasuhan yang tepat dari kita?
Sudahkah suami mendapatkan keta'atan dari kita?
Serta
Betulkah orientasi aktifitas kita di luar rumah memang hanya untuk ibadah?
Adakah terbersit orientasi-orientasi duniawi di sana?
Sedangkan bagi yang belum menikah, yang harus menjadi pijakan utama saat berkiprah di luar rumah adalah 'Birrul walidain'
Karena ridlo Allah ada pada ridlo orangtua.
Serta orientasi ibadah yang juga harus menjadi landasan berpijak untuk memulai aktifitas di luar rumah.
Wallahu 'alam bishshawab
Tidak ada komentar:
Posting Komentar