Imran adalah ayah dari Siti Maryam dan kakek dari Nabi Isa. Namanya diabadikan sebagai salah satu nama surat dalam Al-Qur'an. Pemilihan nama surat tersebut tentunya mengandung makna bahwa ada banyak teladan yang harus kita ikuti dari keluarga ini. Berikut kutipan kisah keluarga Imran yang ada dalam al-Qur'an.
Sesungguhnya Allah
telah memilih Adam, Nuh, keluarga Ibrahim dan keluarga Imran melebihi segala
umat (di masa mereka masing-masing), (sebagai) satu keturunan yang sebagiannya (keturunan)
dari yang lain. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (QS Ali Imran,
3:33-34)
(Ingatlah), ketika
isteri 'Imran berkata: "Ya Tuhanku, Sesungguhnya aku menazarkan kepada
Engkau anak yang dalam kandunganku menjadi hamba yang saleh dan berkhidmat (di
Baitul Maqdis). karena itu terimalah (nazar) itu dari padaku. Sesungguhnya
Engkaulah yang Maha mendengar lagi Maha Mengetahui". Maka tatkala isteri
'Imran melahirkan anaknya, diapun berkata: "Ya Tuhanku, sesunguhnya aku
melahirkannya seorang anak perempuan; dan Allah lebih mengetahui apa yang
dilahirkannya itu; dan anak laki-laki tidaklah seperti anak perempuan.
Sesungguhnya aku telah menamai Dia Maryam dan aku mohon perlindungan untuknya
serta anak-anak keturunannya kepada (pemeliharaan) Engkau daripada syaitan yang
terkutuk." (QS Ali Imran, 3:35-36)
Berikut penjelasan ayat ini dalam Tafsier Ibnu Katsir
Istri
Imran itu ialah Hannah binti Faqudz. Muhammad bin Ishaq berkata: Ia itu adalah
wanita yang tidak bisa hamil, pada suatu hari dia melihat seekor burung sedang
memberi makan anaknya dengan paruhnya. Maka dia pun sangat ingin mempunyai
seorang anak, kemudian ia berdo’a kepada Allah SWT agar memberinya anak. Allah
pun mengijabah do’anya. Setelah suaminya menggaulinya dia pun hamil. –Tafsier
Ibnu Katsier Juz 2, hal. 33-
Ada beberapa hikmah yang dapat dijadikan pelajaran dari Kisah Keluarga
Imran ini, di antaranya:
1. Tak ada yang tak mungkin bagi Allah SWT
Allah berfirman: "Demikianlah Allah menciptakan apa yang
dikehendaki-Nya. Apabila Allah berkehendak menetapkan sesuatu, maka Allah hanya
cukup berkata kepadanya: "Jadilah", lalu jadilah dia. (QS Ali Imran,
3:47)
2. Memiliki anak harus diorientasikan agar dia menjadi
Hamba Allah
(Ingatlah), ketika isteri 'Imran berkata: "Ya Tuhanku, Sesungguhnya aku menazarkan kepada Engkau anak yang dalam kandunganku menjadi muharraran -hamba yang saleh dan berkhidmat (di Baitul Maqdis)-. karena itu terimalah (nazar) itu dari padaku. Sesungguhnya Engkaulah yang Maha mendengar lagi Maha Mengetahui". (QS Ali Imran, 3:35)
“Muharraran” yaitu melepaskan diri dan mengikhlashkan diri hanya
karena Allah swt, mengurus, melayani dan mewakafkan diri di tempat ibadah,
semata-mata untuk beribadah kepada Allah SWT –Tafsier al-Qurtubi Juz 4 hal,66-
"Dan ingatlah ketika Luqman berkata kepada anaknya, ketika
dia memberi nasehat kepadanya, Wahai anakku janganlah kamu menyekutukan Allah,
sesungguhnya menyekutukan Allah adalah kedzaliman yang besar". (QS
Luqman[31]:13).
3. Nazar adalah janji yang wajib dipenuhi
Maka Tuhannya menerimanya (sebagai nazar) dengan penerimaan yang baik,
dan mendidiknya dengan pendidikan yang baik. (QS Ali Imran, 3:37)
4. Kedudukan laki-laki dan wanita di mata Allah sama
Barangsiapa yang
mengerjakan amal-amal saleh, baik laki-laki maupun wanita sedang ia orang yang
beriman, Maka mereka itu masuk ke dalam surga dan mereka tidak dianiaya walau
sedikitpun. (QS An-Nisaa ayat 124)
5. Selalu mendo’akan anak agar terhindar dari godaan
syetan
Dari Abu Hurairah ra, ia berkata: Rasulullah SAW telah
bersabda, “Setiap anak diusap oleh Syetan saat mereka dilahirkan, kemudian
mereka berteriak menangis karena usapan tersebut kecuali Maryam dan putranya”.
Kemudian Abu Hurairah ra berkata, Bacalah jika kalian mau (saat anak kalian
dilahirkan) “dan sesungguhnya aku mohon
perlindungan untuknya serta anak-anak keturunannya kepada (pemeliharaan) Engkau
daripada syaitan yang terkutuk”. (Bukhari-Muslim).
#ODOPfor99days
#day72